Siska Kubur, Sebuah Anomali Agama Dipertanyakan

  Gembelgaul.com - “Siksa Kubur” menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan mengingatkan kita tentang pentingnya komunikasi, pengertian, dan kehangatan keluarga. Setelah kedua orangtuanya jadi korban bom bunuh diri, Sita jadi tidak percaya agama. Sejak saat itu, tujuan hidup Sita hanya satu: mencari orang yang paling berdosa dan ketika orang itu meninggal, Sita ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa Siksa Kubur tidak ada dan agama tidak nyata. baca juga : melihat gleen fredly hidup kembali Namun, tentunya ada konsekuensi yang mengerikan bagi mereka yang tak percaya. Film “Siksa Kubur” akan menghadirkan akting yang sempurna dari pemeran utama Faradina Mufti sebagai Sita dan Reza Rahadian sebagai Adil. Ditambah jajaran ansambel yang mayoritas merupakan pemenang dan peraih nominasi Piala Citra FFI, serta para pendatang baru yang menjanjikan. Mereka di antaranya adalah Christine Hakim, Fachri Albar, Happy Salma, Slamet Rahardjo, Arswendy Bening Swara, Nini

Dulu de Brandweer Jaman Belanda, Jepang Menyebutnya Syoobotai


Gembelgaul.com - Tur tematik SHT diselenggarakan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan sejarah kota Surabaya serta berbagai bangunan dan kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Sejak 2010 SHT telah menyelanggarakan 47 tur tematik dan mengunjungi lebih dari 70 bangunan cagar budaya baik museum, institusi pemerintahan dan swasta, tempat peribadatan, monumen, kampung, pasar, perpustakaan, pabrik, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga menginisiasi Heritage Walk dengan nama 'Klinong-klinong ning Suroboyo' yang menjadi pengembangan SHT dengan mengajak Trackers untuk secara langsung berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Kali ini tur bus SHT melacak jejak Dinas Pemadam Kebakaran Sueabaya yang awalnya berada di Pasar besar hingga tahun 1927, kemudian dilakukan pemindahan di Pasar Turi untuk menunjang modernisasi kota Surabaya. Hingga sekarang gedung yang berada di Pasar Turi tetap tidak bergeser dari fungsinya sebagai garasi juga sebagai pusat Administrasi Dinas Kebakaran Kota Surabaya.

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah institusi pemadam kebakaran yang disebut de Brandweer pada 4 September 1810, sekaligus menjadi institusi pemadam kebakaran pertama di Hindia Belanda.
Tanpa markas permanen dan mengandalkan hanya alat pemadam sederhana, pos de Brandweer awalnya ditempatkan di sekitar bangunan-bangunan strategis seperti, pabrik senjata (altellerie constructive winkel) di sekitar Kalisosok, Benteng Lodewijk di pulau Mengare Gresik, rumah sakit militer (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting) di Jalan Pemuda dan sekitaran Kalimas. Setiap pos tersebut dilengkapi dengan alat pompa yang digenjot manual secara bergantian oleh 40 petugas pribumi saat terjadi kebakaran.

Modernisasi de Brandweer baru dirasakan secara signifikan pada tahun 1906 setelah penetapan Surabaya sebagai Gementee (kotamadya). Semua keperluan mengenai pembiayaan mulai dari pemindahan markas semi permanen di Pasar Besar ke bangunan permanen di Pasar Turi pada tahun 1927, hingga pembelian peralatan baru dibiayai oleh pemerintah Gementee Surabaya. Pada masa kependudukan Jepang, de Brandweer diubah menjadi Syoobotai. Tugas Syoobootai tidak hanya menangani kebakaran biasa, namun juga disiapkan untuk memadamkan kebakaran akibat serangan udara. Selain itu, bersama Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Syoobotai juga memberikan pelatihan berupa simulasi pemadaman api akibat serangan udara kepada masyarakat Surabaya untuk berjaga-jaga dari situasi darurat.

Dengan Tagline ‘Menelusuri Jejak Warisan Surabaya’, program SHT diluncurkan di tahun 2009 dengan konsep tur keliling kota menggunakan bis bermodel kereta trem yang pernah berjalan di Surabaya tempo dulu. Tracker (penumpang bis) dapat menikmati dan mengenal sejarah bangunan-bangunan cagar budaya, sejarah kota Surabaya yang terkenal sebagai kota pahlawan, kisah Babad Surabaya, serta kekayaan ragam budaya khas Arek yang menjadi ciri khas Surabaya. HoS saat ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Nusantara dan Internasional. Dikunjungi oleh 17.000 pengunjung rata-rata perbulannya dan datang lebih dari 160 negara, HoS berhasil meraih berbagai penghargaan, salah satunya adalah ‘Top 10 Museum di Indonesia’ dari Trip Advisor sejak 2013 - 2018.(bws/ggc)

Komentar