Sasar Liburan Sekolah, Ejen Ali Jilid 2 Beraksi

  GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Setelah sukses mencuri perhatian penonton di bioskop Malaysia, Ejen Ali The Movie 2: Misi Satria akhirnya akan tayang juga di Indonesia. Catat tanggalnya: mulai 27 Juni 2025, film animasi penuh aksi dan emosi ini bisa disaksikan di jaringan bioskop nasional, tepat di momen libur sekolah. Cocok banget buat tontonan bareng keluarga atau adik-adik di rumah. Di film keduanya ini, Ejen Ali kembali menjalankan misi penting. Tapi kali ini bukan misi biasa—Ali dipilih untuk jadi agen pertama yang mencoba teknologi paling mutakhir milik agensi rahasia MATA: Project Satria. Ini bukan sekadar peralatan keren, tapi pakaian tempur berteknologi AI yang bisa membantunya menguasai empat kemampuan utama: teknologi (Tekno), strategi (Neuro), bela diri (Kombat), dan kecerdasan (Inviso). Canggih, tapi jelas tidak mudah. Dengan segala tekanan dan tantangan, Ali tidak hanya harus berhadapan dengan musuh barunya, Neonimus, tapi juga diuji secara emosional. Persaha...

Indonesia Perkuat Posisi di Peta Sinema Global Lewat Cannes Film Festival 2025


GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Delegasi Indonesia terus menunjukkan langkah strategis dalam rangkaian kegiatan Cannes Film Festival 2025. Kehadiran Wakil Menteri Kebudayaan RI dalam forum CNC x EFAD Talks in AFAN Roundtable mencerminkan komitmen pemerintah dalam memperkuat posisi Indonesia di lanskap sinema global.

Forum yang diselenggarakan oleh Centre National du Cinéma et de l'image animée (CNC), European Film Agency Directors Association (EFAD), dan Asian Film Alliance Network (AFAN) ini mempertemukan pengambil kebijakan dari Asia Tenggara dan Eropa untuk membahas kolaborasi lintas kawasan, keberlanjutan industri film, dan mobilitas talenta kreatif.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri juga melakukan pertemuan bilateral dengan CNC serta perwakilan negara sahabat seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam. Pembahasan difokuskan pada potensi ko-produksi dan distribusi film lintas negara, sebagai upaya membuka akses lebih luas bagi karya sineas Indonesia di jaringan festival dan bioskop internasional.

Dalam pernyataannya, Wakil Menteri menyebut bahwa Indonesia mendapat apresiasi tinggi atas pencapaian industri perfilman nasional, mulai dari angka penonton, penjualan tiket, hingga kualitas produksi. Indonesia bahkan disebut sebagai negara terdepan di Asia Tenggara dalam hal perkembangan industri film.

Terkait kerja sama jangka panjang, Kementerian Kebudayaan sedang menjajaki perjanjian strategis dengan CNC. Rencana Memorandum of Understanding (MoU) yang tengah disusun meliputi pertukaran pengalaman, penguatan institusi, fasilitasi pertukaran profesional, kolaborasi produksi bersama, serta peningkatan akses publik dan pendidikan mengenai warisan film. Penandatanganan MoU direncanakan berlangsung pada bulan Desember 2025 di JAFF Market.

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, turut hadir di Cannes untuk mengunjungi Paviliun Jakarta Indonesia di area Marche du Film. Kunjungannya menjadi bentuk dukungan terhadap penguatan ekosistem perfilman Jakarta dan sebagai langkah awal dari kampanye "Jakarta Kota Sinema" menjelang perayaan 500 tahun kota Jakarta pada 2027.

Rano Karno menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam memperluas jejaring internasional dan membentuk Jakarta Film Commission guna mendukung industri film nasional.

Paviliun Indonesia menjadi titik penting promosi kekayaan intelektual nasional. Dalam sesi khusus “Showcase Indonesian IP in Marche du Film”, sejumlah proyek unggulan diperkenalkan, seperti adaptasi komik Bandits of Batavia, Locust, dan Jitu, serta film Pangku, Jumbo, dan Sleep No More. Ini menunjukkan kesiapan Indonesia untuk bersaing secara global dengan materi orisinal yang menjanjikan.

Indonesia juga ambil bagian dalam sesi diskusi AFAN Talks pada 15 Mei 2025. Produser Meiske Taurisia bertindak sebagai moderator, sementara Mia Santosa dari Visinema menjadi pembicara.

Dalam forum ini, disampaikan pentingnya kolaborasi lintas kawasan untuk mendukung pembiayaan, distribusi, dan pertukaran talenta. Indonesia diposisikan sebagai motor penggerak kawasan Asia Tenggara dalam produksi kreatif, dengan dukungan dari pemerintah dan komunitas film independen.

Mia Santosa menekankan bahwa meskipun tantangan tetap ada, kolaborasi dalam dan antar negara anggota AFAN bisa menjadi kunci kemajuan ekosistem perfilman.

Di program lainnya, produser Indonesia Yulia Evina Bhara menjalankan peran sebagai juri dalam section Semaine de La Critique (Critics Week), bersama sosok internasional seperti Jihane Bougrine, Josee Deshaies, Daniel Kaluuya, dan Rodrigo Sorogoyen.

Ia menilai pengalaman ini sebagai kesempatan berharga untuk turut menentukan film-film terbaik dari ribuan peserta yang telah diseleksi secara ketat.

Berbagai kegiatan ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam memperkuat diplomasi budaya dan membuka peluang kerja sama internasional yang berdampak langsung pada perkembangan industri sinema nasional.ggc

 

Komentar