Sasar Liburan Sekolah, Ejen Ali Jilid 2 Beraksi

  GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Setelah sukses mencuri perhatian penonton di bioskop Malaysia, Ejen Ali The Movie 2: Misi Satria akhirnya akan tayang juga di Indonesia. Catat tanggalnya: mulai 27 Juni 2025, film animasi penuh aksi dan emosi ini bisa disaksikan di jaringan bioskop nasional, tepat di momen libur sekolah. Cocok banget buat tontonan bareng keluarga atau adik-adik di rumah. Di film keduanya ini, Ejen Ali kembali menjalankan misi penting. Tapi kali ini bukan misi biasa—Ali dipilih untuk jadi agen pertama yang mencoba teknologi paling mutakhir milik agensi rahasia MATA: Project Satria. Ini bukan sekadar peralatan keren, tapi pakaian tempur berteknologi AI yang bisa membantunya menguasai empat kemampuan utama: teknologi (Tekno), strategi (Neuro), bela diri (Kombat), dan kecerdasan (Inviso). Canggih, tapi jelas tidak mudah. Dengan segala tekanan dan tantangan, Ali tidak hanya harus berhadapan dengan musuh barunya, Neonimus, tapi juga diuji secara emosional. Persaha...

Tinggal Meninggal, Ide Jahil Kristo Immanuel Tentang Kubur

 

Tinggal Meninggal, Ide Jahil Kristo Immanuel Tentang Kubur

GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Apa jadinya kalau liang kubur terbuat dari kardus dan orang-orang yang seharusnya menangis justru tertawa? Imajinari, rumah produksi yang selama ini dikenal gemar menyelipkan makna dalam candaan, kembali membuat kejutan lewat film terbaru mereka: Tinggal Meninggal.

Sebuah drama komedi yang akan tayang mulai 14 Agustus 2025, dan menandai debut penyutradaraan panjang dari Kristo Immanuel.

Poster resmi film ini baru saja dirilis, dan seperti judulnya yang mengandung paradoks, visualnya pun tak kalah membingungkan. Di sana, seorang pria—karakter utama yang diperankan oleh Omara Esteghlal—berdiri di tengah lubang kubur.

Tapi ekspresinya bukan kesedihan. Ia tersenyum lebar. Sekilas seperti sedang difoto untuk katalog baju Lebaran. Yang bikin kepala makin miring: lubang kuburnya bukan tanah, melainkan kardus. Ya, kardus. Sebuah benda remeh yang sehari-hari kita injak atau buang begitu saja, kini jadi simbol pemakaman.

Kristo, sang sutradara, tidak membantah bahwa ini adalah karya paling “jahil” miliknya. Tapi tentu saja, kejahilan yang penuh perhitungan.

“Saya ingin penonton tertawa, tapi juga mikir. Tentang empati, tentang absurditas hidup, tentang betapa anehnya dunia ketika duka pun bisa dijual dan dibungkus rapi,” ujar Kristo dalam pernyataannya.

Dan seperti filmnya, cara mereka merilis poster pun tak kalah nyeleneh. Imajinari tidak memilih satu unggahan megah di Instagram.

Sebaliknya, poster utama disebar dalam sembilan potongan kecil ke sembilan akun berbeda—TikTok, Twitter, Instagram—seolah mengajak publik untuk jadi detektif digital. Mereka yang berhasil mengumpulkan semuanya bahkan berkesempatan mendapat hadiah merchandise resmi.

Antara gimmick dan guerilla marketing, strategi ini terasa seperti satire kecil terhadap budaya puzzle dan viralitas yang kita jalani sehari-hari.

Film ini sendiri ditulis oleh Kristo bersama Jessica Tjiu dan diproduseri oleh Dipa Andika serta Ernest Prakasa—duo yang konsisten membangun dunia Imajinari dengan visi yang berani dan aneh dalam takaran yang pas.

Deretan pemainnya pun menjanjikan: dari nama-nama mapan seperti Mawar De Jongh, Nirina Zubir, Arief Didu, hingga para wajah baru yang menyegarkan seperti Muhadkly Acho, Ardit Erwandha, Shindy Huang, dan Jared Ali.

Namun, barangkali pencapaian terbesar film ini bukan hanya soal ide nyeleneh atau jajaran cast-nya. Belum juga tayang, Tinggal Meninggal sudah menarik perhatian Barunson E&A—rumah produksi asal Korea Selatan yang berada di balik Parasite.

Mereka resmi membeli hak remake internasional untuk proyek ini. Ironi, absurditas, dan komedi gelap memang tampaknya jadi bahasa yang kini diterima lintas negara.

Apakah kita siap untuk tertawa di tempat yang biasanya sunyi? Apakah kita sanggup menertawakan kematian tanpa merasa bersalah?

Apakah dunia memang sudah cukup gila hingga satu-satunya cara waras untuk menghadapinya adalah dengan bercanda?

“Tinggal Meninggal” tampaknya akan menguji itu semua. Dan barangkali, justru lewat film seperti inilah, kita diajak menyadari: bahwa hidup ini, kalau dipikir-pikir, memang lebih cocok dijadikan punchline.ggc

Komentar