Gembelgaul.com - Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga adalah film horor terbaru karya Rizal Mantovani yang diproduksi oleh Sunil Soraya melalui Soraya Intercine Films. Film ini diadaptasi dari kisah nyata yang sempat viral di media sosial, ditulis oleh Gusti Gina. Mengangkat tema santet mematikan bernama racun sangga, cerita ini membawa penonton menyelami teror psikologis dan mistis yang melampaui logika. Mengisahkan perjalanan tragis pasangan baru menikah, Andi (Fahad Haydra) dan Maya (Frederika Cull), yang menjadi korban kekuatan ghaib. Setelah mereka pindah rumah, berbagai kejadian aneh mulai menghantui, seperti penampakan hewan mati, suara-suara aneh, hingga kondisi fisik Andi yang memburuk drastis. Film ini menawarkan visual menegangkan, terutama bagi penonton dengan trypophobia, berkat detail efek racun sangga yang memicu ketakutan mendalam. Melalui penyutradaraan yang matang, Rizal Mantovani menghadirkan atmosfer horor yang intens. Kombinasi alur kisah nyata, ...
Menulis itu Seni Mencuri Maka Jadilah Pencuri Ahli, Joko Pinurbo Salah Satu Masternya
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Menulis itu Seni Mencuri Maka Jadilah Pencuri Ahli, Joko Pinurbo Salah Satu Masternya
Gembelgaul.comMenulis itu seni mencuri itu yang diungkapkan Joko Pinurbo atau lebih disapa Jokpin ini saat menjadi pembicara saat bedah buku "Kota-kota kecil yang diangan dan Kujumpai" karya Raudal Tanjung Buana di Graha Pena Jawa Pos Lantai 4 Surabaya pada Jumat sore (22/2/2019).
Jokpin si penyair "Celana" ini menjelaskan bahwa seorang penulis prosa atau puisi tak bisa lepas dari membaca, mendengar atau mengambil ide dari seseorang. "Begitu juga saya, puisi-puisi yang kutulis juga terinspirasi dari orang lain. Salah puisiku surat kopi yang ada penggalan setiap rezeki harus dirayakan dengan secangkir kopi itu aku ambil dari kitab suci dan orang tidak ada yang tahu. Tapi seni mencuri itu harus ahli dan profesional hingga seakan-akan itu bukan epigon atau plagiat," jelas Jokpin.
Curi mencuri ide menulis ini menurut Jokpin pernah kejadian pada dirinya, sewaktu itu Jokpin bertemu dengan salah satu penulis prosa Yusi Avianto Pareanom. Saat Jokpin bercerita bahwa setiap kali ia bepergian ke luar kota dari rumah tinggalnya di Jogja selalu ada kabar bahwa tetangganya meninggal dunia. Dari curhat kecil itu ternyata oleh Yusi "Raden Madangsia Si Pencuri Daging" ini dijadikan sebuah cerpen.
"Lha enak di Yusi untung dan disini yang rugi," celetuk Jokpin mengingat kala itu dan disambut tawa peserta bedah buku.
Semua tak lepas dari curi mencuri ide, begitu karya kumpulan cerpen dari Raudal Tanjung Buana yang dibedah Jokpin ini. Tapi buku "Kota-Kota Kecil yang diangan dan Kujumpai" ini menurut Jokpin sangatlah beda dan belum ia temui pada penulis prosa lainnya. Saat Jokpin membaca buku ini ada 3 elemen ditautkan didalamnya yaitu prosa, puisi dan karya jurnalistik, didalamnya membahas perjalanan ke kota-kota kecil dengan ilustrasi yang sangat indah dan puitik.
Ini diamini oleh sang penulis Raudal Tanjung Buana, ia seperti menceritakan perjalanan yang dilakukan mulai dari tanah kelahiran di Sumatera sampai perpindahan ke Jawa. Sebagian dari cerpen yang ditulis dalam buku ini termuat di Jawa Pos dan semuanya bertema tentang kota-kota.
Selain Jokpin yang hadir dalam bedah buku ini juga dihadirkan dosen Antropologi Universitas Brawijaya ikut membahas secara sisi non sastra. Diakhir acara Jokpin membacakan sebuah puisi terbarunya berjudul "kampungku" yang masih ada korelasi dengan kota-kota kecil milik Raudal Tanjung Buana ini.
Komentar
Posting Komentar