Tulang Belulang Tulang : Mangokal Holi, Keluarga Batak dan Danau Toba

  Gembelgaul.com - Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang tak terhingga, dan salah satu tradisi unik yang berasal dari masyarakat Batak adalah Mangokal Holi. Tradisi ini menjadi latar penting dalam film Tulang Belulang Tulang, sebuah karya terbaru dari sutradara Sammaria Sari Simanjuntak yang akan tayang pada 26 September 2024. Film ini tidak hanya menggali cerita keluarga dan identitas, tetapi juga menampilkan kekayaan tradisi Batak serta keindahan alam Danau Toba sebagai latar yang memukau. Apa Itu Mangokal Holi? Mangokal Holi adalah upacara sakral dalam budaya Batak yang melibatkan pemindahan tulang belulang leluhur ke tempat yang lebih terhormat, biasanya ke sebuah monumen khusus bernama Tugu. Upacara ini dilakukan sebagai penghormatan dan rasa bakti kepada leluhur yang diyakini akan memberkati keturunannya dengan kebaikan dan kesejahteraan. Upacara Mangokal Holi merupakan simbol kebanggaan bagi keluarga Batak, karena menunjukkan bahwa mereka ma

5 Gerakan Nasional Revolusi Mental Untuk Indonesia


Gembelgaul.com - Di era saat ini, generasi muda seringkali ingin meraih kesuksesan dengan cara cepat atau instan. Padahal, untuk mencapai atau meraih sesuatu dibutuhkan perjuangan atau pengorbanan, selain juga keberanian. Untuk itu Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mendorong para generasi muda untuk memiliki etos kerja serta daya juang yang tinggi.

“Banyak orang yang berpikir apa yang membawa saya ada di posisi sekarang adalah privileged karena saya anak siapa atau karena apa. Padahal bukan itu, untuk mencapai hal ini atau kesuksesan sekarang kita butuh berjuang. Istilahnya No Pain No Gain. Jangan pernah merasa itu hak saya, tapi you have to earn. Merasalah bahwa kita layak mendapat sesuatu karena kita berjuang, mau berusaha, mau belajar,” kata Emil saat membuka acara Penguatan Revolusi Mental Bagi Generasi Millenial Menuju Indonesia Berkarakter di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Minggu (29/9/2019).

Menurutnya, di era saat ini banyak generasi muda merasa bahwa ini adalah zaman mereka atau mereka lah yang berhak memimpin serta membuat keputusan. Anak muda seringkali menganggap generasi lebih tua lambat dan kaku, sebaliknya generasi tua menganggap generasi muda suka instan dan serba cepat. Seharusnya antar generasi ini saling memahami dan menaruh respect sehingga tidak muncul crash diantara mereka.

“Misal yang muda melihat yang tua bukan lambat namun hati-hati atau penuh perhitungan. Sebaliknya pun juga yang tua melihat yang muda energik penuh semangat. Jadi yang diperlukan adalah kolaborasi bersama. Usia bukan determinan tidak ada orang yang lebih muda atau lebih tua,” katanya.

Emil mengatakan, era saat ini orang tidak boleh hanya sekedar mendewakan pengalaman yang mereka punya, karena justru akan membuatnya menjadi kaku. Sebaliknya, pengalaman akan menjadi aset bila digunakan untuk membuat langkah atau inovasi baru.

“Kalau orang yang mendewakan pengalaman kemudian men-judge orang lain tidak berpengalaman dan kuno itu yang bahaya. Harusnya pengalaman memperkuat kita untuk merancang inovasi baru,” jelasnya.

Dengan perkembangan IT saat ini, lanjut Emil, para pengusaha jangan hanya fokus atau pintar digital saja tapi juga memperkuat core bisnisnya. Bila tidak maka pasar dalam negeri akan didominasi oleh barang impor.

“Kami harap generasi muda jangan hanya ikut arus tapi juga memperkuat core kompetensi kita,” terangnya.

Ditambahkannya, ada lima hal yang dibutuhkan untuk mendukung gerakan nasional revolusi mental. Lima hal tersebut yaitu gerakan Indonesia Melayani, program nasional Indonesia bersih, Indonesia tertib, Indonesia Mandiri dan Indonesia bersatu.

“Kita butuh sesuatu untuk membuat Indonesia maju yakni memperbaiki kualitas SDM kita. Jadi etos kerja harus bagus, kerja keras, dan jangan lupa budi pekerti luhur. Kesuksesan individu bisa membawa kegagalan kolektif kalau hanya fokus pada individu atau diri sendiri saja. Mari kita hindari itu kita mulai dengan revolusi mental,” pungkasnya.(bws/ggc)

Komentar