Temurun, Horror Thriller Pertama Sinemaku Pictures

  Gembelgaul.com - Temurun merupakan film karya perempuan sutradara muda Inarah Syarafina merupakan film horor perdana bagi Sinemaku Pictures yang telah sukses dengan dua film drama “Kukira Kau Rumah” dan “Ketika Berhenti di Sini.” Film “Temurun” juga menjadi film panjang debut bagi Inarah. Dalam teaser berdurasi satu menit tersebut menampilkan pemeran utama Yasamin Jasem dan Bryan Domani. Dewi (Yasamin Jasem) diperlihatkan selalu berada di dalam rumah, mengalami berbagai teror dari sosok perempuan misterius. baca juga : Siksa Kubur sebuah anomali agama yang ingin dibuktikan Sementara itu, Sena (Bryan Domani) terlihat seperti sedang menginvestigasi sesuatu yang masih menjadi misteri baginya. Di teaser tersebut juga disajikan adegan-adegan mencekam mulai dari peristiwa orang-orang yang digantung, hingga Dewi yang disekap dan terkapar di antara potongan daging. Selain menampilkan Yasamin Jasem dan Bryan Domani, teaser juga menampilkan Kiki Narendra dan Jajang C. Noer. “Sudah

Cantiknya Arumi Bachsin Jadi Panelis AIS Forum 2019 Manado


Gembelgaul.com - AIS (Archipelagic and Island State) Forum 2019 merupakan salah satu forum yang mendukung berbagai upaya pemerintah dalam memperkuat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di negara-negara kepulauan. Forum ini mendisukusikan segala sesuatu yang menjadi masalah para pemangku kebijakan, dan juga memperluas kerjasama di segala sektor salah satunya UMKM di negara-negara kepulauan. AIS Forum 2019 diselenggarakan di Kawasan Pohon Kasih, Kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (31/10/2019).

Bagi Jatim, hal yang membanggakan, Jatim adalah mengirimkan wakilnya yaitu Ketua Dekranasda Prov. Jatim, Arumi Elestianto Dardak sebagai salah satu panelisnya. AIS forum 2019 dihadiri delegasi dari 41 negara kepulauan di seluruh penjuru dunia.

Pada kesempatan tersebut, Arumi sapaan akrabnya menyoroti peran Dekranasda Prov. Jatim sebagai Support System Millenial Job Center (MJC). MJC adalah program prioritas Jatim yang tertuang pada Nawa Bhakti Satya khususnya Bhakti 3 (Jatim Kerja). MJC ditujukan kepada dunia kampus, dan generasi millenial, guna menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. MJC akan menjadi tempat mencetak tenaga freelance profesional, dan memfasilitasi start up yang ingin lebih maju, sehingga siap bersaing di era 4.0.

"Dekranasda di dalamnya akan memberikan support seperti menyediakan mentor-mentor bagi MJC yang sudah berpengalaman di bidangnya. Misalnya, perajin binaan Dekranasda Jatim yang dirasa sudah menguasai dan ahli di bidangnya akan disodorkan untuk memberikan pelatihan kepada generasi yang ingin mengembangkan kompetensinya," ungkapnya.

Dengan demikian, lanjutnya, akan tercipta perajin-perajin baru yang berkompeten karena telah berguru pada mentor yang tepat dan ahli di bidangnya. Tentunya juga dibekali dengan pakem yang berlaku selama ini. Dekranasda Jatim secara tidak langsung juga bertanggung jawab dalam regenerasi perajin. Sehingga dengan adanya MJC seirama dengan program Dekranasda Prov. Jatim.

"Peserta MJC akan dilatih oleh mentor yang profesional, dan kemudian akan didampingi sampai mendapatkan order dari klien. Dekranasda Prov. Jatim bersama MJC tidak akan langsung melepas para peserta tapi terus mengawasi dan memberikan panduan," ujarnya.

Keberhasilan MJC tidak lepas dari peran mentor. Mencari mentor yang tepat sangat sulit. Arumi mencontohkan, tidak semua media creator itu sudah ada sekolahnya. Dengan demikian, dicari mentor yang harus memiliki pengalaman. Selain itu, juga harus dilakukan pemilihan mentor yang selektif sesuai kualifikasi.

"Nantinya diharapkan para talent akan memiliki project seperti yang selama ini diperoleh mentor," imbuhnya.

Dirinya menambahkan, dengan semakin banyaknya talent yang dilahirkan MJC, semakin hari akan bertambah kemampuannya, dan tentunya diimbangi dengan project yang dikerjakan. Project seperti itu, baik kecil maupun besar harus dimasukkan ke dalam portfolio, sehingga klien yang akan menggunakan jasa bisa melihat dari portfolio tersebut yang ada di MJC. Klien akan melihat kualitas talent, model jasanya, dan harga yang fair bagi kedua belah pihak.

"Semakin banyak portfolio maka tarif jasanya akan semakin mahal, karena ukurannya adalah pengalaman dalam mengerjakan projek," tambahnya.(bws/ggc)

Komentar