Pangku Besutan Reza Rahadian Tampil di Cannes Film Festival 2025

  GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Di antara gemerlap layar perak dan riuh tepuk tangan para insan perfilman dunia, Indonesia kembali menorehkan kehadirannya yang penuh makna di ajang bergengsi Cannes Film Festival 2025. Bukan sekadar datang, tetapi tampil dengan semangat baru, membawa cerita, wajah, dan suara dari negeri sendiri untuk disampaikan kepada dunia. Melalui Paviliun Indonesia di Marche du Film, pasar film terbesar dunia yang menjadi bagian dari festival, Indonesia menegaskan posisinya sebagai negara dengan industri kreatif yang tumbuh pesat dan penuh potensi. Dari produser hingga animator, dari sineas muda hingga aktor legendaris, semuanya bersatu dalam satu misi: menjadikan sinema sebagai jembatan budaya dan kekuatan diplomasi yang membanggakan. Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam taklimat media di Jakarta menyampaikan apresiasinya atas keikutsertaan ini, menyebut bahwa kehadiran Indonesia di Cannes adalah bentuk nyata dari semangat kolektif membangun jati diri bang...

Asal Usul Kampung Londo Surabaya



Gembelgaul.com - Kenapa dibilang kampung londo, ini dimulai dari aksi Mataram untuk menginvasi Surabaya pada kurun 1620-1625, serta perjanjian yang dilakukan antara Pakubuwono II dengan VOC pada 1743 berdampak signifikan, yaitu dilepasnya Surabaya menjadi wilayah yang dikuasai VOC. Masuknya Belanda sebagai penguasa Surabaya dan ditempatkannya Gezaghebber van den Oosthoek (Gubernur Letnan Ujung Timur ) mengubah banyak hal demi memenuhi kepentingan politik dan perdagangan, utamanya memindahkan letak pusat pemerintahan mendekati muara Kalimas di Utara. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas lain  dibangun untuk mendukung pemerintahan seperti benteng, pos jaga, gudang amunisi dan mesiu, pekantoran, pergudangan juga gereja.  Di tahun 1866 peraturan segregasi etnis (wijkenstelsel) yang mewajibkan tiap-tiap etnis (China, Arab dan Melayu) untuk menetap di Timur Kalimas diberlakukan. Pemerintah Hindia Belanda menciptakan ‘kampung’-nya sendiri.

Fungsi Surabaya sebagai collecting center pada masa pemberlakukan cultuurstelsel berakibat langsung pada bentuk struktur wajah kota Surabaya secara keseluruhan. Dari periode inilah adanya sebutan beneden stad (kota bawah) yang merujuk pada sisi Utara di sekitar Jembatan Merah sebagai sentra bisnis, serta boven stad (kota atas) di sisi Selatan sebagai kawasan hunian orang-orang Eropa di sekitar Gubeng, Ambengan, Keputran, Darmo dan Ketabang. Perluasan wilayah kota diawali dengan dibongkarnya tembok kota pada 1871 dan semakin masif seiring ditetapkannya Surabaya sebagai gemeente (kotamadya) pada 1906 serta dibangunnya stadhuis (kantor pemerintahan) baru di Ketabang. Di masa ini kawasan selatan kota berkembang pesat menjadi pusat pemerintahan, hiburan dan permukiman elit bagi orang-orang Eropa.

Maka diadaka program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT) ‘Kampung Londo’ yang diadakan selama tanggal 20 Desember 2019 – 19 Januari 2020, mengajak masyarakat untuk merasakan kembali bagaimana bangsa Eropa menduduki dan memodifikasi Surabaya dengan melihat serta mengunjungi tempat bersejarah terkait seperti kawasan Jalan Rajawali, Jembatan Merah, serta Jalan Tunjungan.(ggc)

Komentar