JUMBO Tembus 10 Juta Penonton dan Jadi Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa

  GEMBELGAUL.COM, JAKARTA -   Film animasi “JUMBO” produksi Visinema Studios resmi mencatat sejarah sebagai film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa, dengan 10.076.973 penonton hingga Senin sore (2/6). Capaian ini diraih hanya dalam waktu sekitar dua bulan sejak penayangan perdananya pada 31 Maret 2025. Disutradarai oleh Ryan Adriandhy, “JUMBO” merupakan film animasi anak dan keluarga yang menceritakan kisah Don, seekor gajah muda yang bertekad tampil dalam pertunjukan bakat untuk mengenang orang tuanya. Kisahnya mengangkat tema keberanian, kepercayaan diri, dan persahabatan, dengan latar dan nuansa budaya Indonesia. Film ini dikembangkan selama lima tahun dan melibatkan lebih dari 420 kreator lokal. Selain mencatat rekor di Indonesia, JUMBO juga dinobatkan sebagai film animasi terlaris di Asia Tenggara dan saat ini sedang dalam proses penayangan di lebih dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika. Sutradara Ryan Adriandhy mengungk...

Tinggal Meninggal, Ide Jahil Kristo Immanuel Tentang Kubur

 

Tinggal Meninggal, Ide Jahil Kristo Immanuel Tentang Kubur

GEMBELGAUL.COM, JAKARTA - Apa jadinya kalau liang kubur terbuat dari kardus dan orang-orang yang seharusnya menangis justru tertawa? Imajinari, rumah produksi yang selama ini dikenal gemar menyelipkan makna dalam candaan, kembali membuat kejutan lewat film terbaru mereka: Tinggal Meninggal.

Sebuah drama komedi yang akan tayang mulai 14 Agustus 2025, dan menandai debut penyutradaraan panjang dari Kristo Immanuel.

Poster resmi film ini baru saja dirilis, dan seperti judulnya yang mengandung paradoks, visualnya pun tak kalah membingungkan. Di sana, seorang pria—karakter utama yang diperankan oleh Omara Esteghlal—berdiri di tengah lubang kubur.

Tapi ekspresinya bukan kesedihan. Ia tersenyum lebar. Sekilas seperti sedang difoto untuk katalog baju Lebaran. Yang bikin kepala makin miring: lubang kuburnya bukan tanah, melainkan kardus. Ya, kardus. Sebuah benda remeh yang sehari-hari kita injak atau buang begitu saja, kini jadi simbol pemakaman.

Kristo, sang sutradara, tidak membantah bahwa ini adalah karya paling “jahil” miliknya. Tapi tentu saja, kejahilan yang penuh perhitungan.

“Saya ingin penonton tertawa, tapi juga mikir. Tentang empati, tentang absurditas hidup, tentang betapa anehnya dunia ketika duka pun bisa dijual dan dibungkus rapi,” ujar Kristo dalam pernyataannya.

Dan seperti filmnya, cara mereka merilis poster pun tak kalah nyeleneh. Imajinari tidak memilih satu unggahan megah di Instagram.

Sebaliknya, poster utama disebar dalam sembilan potongan kecil ke sembilan akun berbeda—TikTok, Twitter, Instagram—seolah mengajak publik untuk jadi detektif digital. Mereka yang berhasil mengumpulkan semuanya bahkan berkesempatan mendapat hadiah merchandise resmi.

Antara gimmick dan guerilla marketing, strategi ini terasa seperti satire kecil terhadap budaya puzzle dan viralitas yang kita jalani sehari-hari.

Film ini sendiri ditulis oleh Kristo bersama Jessica Tjiu dan diproduseri oleh Dipa Andika serta Ernest Prakasa—duo yang konsisten membangun dunia Imajinari dengan visi yang berani dan aneh dalam takaran yang pas.

Deretan pemainnya pun menjanjikan: dari nama-nama mapan seperti Mawar De Jongh, Nirina Zubir, Arief Didu, hingga para wajah baru yang menyegarkan seperti Muhadkly Acho, Ardit Erwandha, Shindy Huang, dan Jared Ali.

Namun, barangkali pencapaian terbesar film ini bukan hanya soal ide nyeleneh atau jajaran cast-nya. Belum juga tayang, Tinggal Meninggal sudah menarik perhatian Barunson E&A—rumah produksi asal Korea Selatan yang berada di balik Parasite.

Mereka resmi membeli hak remake internasional untuk proyek ini. Ironi, absurditas, dan komedi gelap memang tampaknya jadi bahasa yang kini diterima lintas negara.

Apakah kita siap untuk tertawa di tempat yang biasanya sunyi? Apakah kita sanggup menertawakan kematian tanpa merasa bersalah?

Apakah dunia memang sudah cukup gila hingga satu-satunya cara waras untuk menghadapinya adalah dengan bercanda?

“Tinggal Meninggal” tampaknya akan menguji itu semua. Dan barangkali, justru lewat film seperti inilah, kita diajak menyadari: bahwa hidup ini, kalau dipikir-pikir, memang lebih cocok dijadikan punchline.ggc

Komentar