Siska Kubur, Sebuah Anomali Agama Dipertanyakan

  Gembelgaul.com - “Siksa Kubur” menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan mengingatkan kita tentang pentingnya komunikasi, pengertian, dan kehangatan keluarga. Setelah kedua orangtuanya jadi korban bom bunuh diri, Sita jadi tidak percaya agama. Sejak saat itu, tujuan hidup Sita hanya satu: mencari orang yang paling berdosa dan ketika orang itu meninggal, Sita ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa Siksa Kubur tidak ada dan agama tidak nyata. baca juga : melihat gleen fredly hidup kembali Namun, tentunya ada konsekuensi yang mengerikan bagi mereka yang tak percaya. Film “Siksa Kubur” akan menghadirkan akting yang sempurna dari pemeran utama Faradina Mufti sebagai Sita dan Reza Rahadian sebagai Adil. Ditambah jajaran ansambel yang mayoritas merupakan pemenang dan peraih nominasi Piala Citra FFI, serta para pendatang baru yang menjanjikan. Mereka di antaranya adalah Christine Hakim, Fachri Albar, Happy Salma, Slamet Rahardjo, Arswendy Bening Swara, Nini

Arswendo Atmoliwoto Meninggal Akibat Kanker Prostat, Onani Bisa Solusi Jitu




Gembelgaul.com - Kanker Prostat jadi momok para pria saat usia senja. Berpulangnya seniman Arswendo Atmowiloto (70 tahun) di Jakarta(19/7/2019), mengingatkan orang pada ancaman maut oleh kanker prostat. Arswendo meninggal karena itu.

Menurut siaran pers Badan Kesehatan PBB (WHO), September 2018, kanker perenggut-nyawa-pria nomor satu adalah kanker paru, kemudian disusul kanker prostat.
Tentu kanker prostat tak datang tiba-tiba. Namun gejala bahwa telah terjadi pembengkakan biasanya dapat dikenali. Misalnya dalam urusan buang air kecil. Gampang kebelet pipis, atau anyang-anyangan, termasuk salah satu gejala. Namun jangan panik dulu. Dokterlah yang akan mengenali dan mengarahkan tindak lanjut.

Apa saja penyebab utama kanker prostat masih belum jelas. Faktor genetis diduga berperan. Cancer Treatment Centers of America menyebutkan, DNA dalam sel-sel prostat bermutasi, lalu menonaktifkan kemampuan untuk mengendalikan pertumbuhan dan pembelahan sel.
Jika menyangkut pencegahan, ramai beredar informasi, termasuk di WhatsApp. Bahwa sering ejakulasi, dengan cara apa pun termasuk onani, adalah cara paling joss untuk menghindar dari kanker prostat.

Sebetulnya tidak persis begitu. Pada Maret 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Harvard, Amerika Serikat, merilis ringkasan hasil amatan selama 1986-2000 terhadap banyak pelaku profesi medis.
Selain beragam dokter (termasuk dokter hewan) ada juga ahli farmasi. Pokoknya orang-orang yang diandaikan paham ilmu kesehatan. Mereka ditanya tentang ejakulasi. Gaya hidup mereka selama dua tahun terakhir sampai 2000 juga tercatat.
Mereka harus melaporkan. Volume semen tak diukur. Soal tingkat keseringan memancar pun berdasarkan pengakuan relawan. Pada 1992, ada 29.342 pria berusia 46- 81 tahun yang diminta melaporkan rata-rata ejakulasi per bulan.
Ejakulasi tersebut menyangkut hubungan seksual, swalayan, dan memancar sendiri (emisi malam hari).

Dari laporan relawan dan pemantauan kesehatan, para ilmuwan mendapati bahwa pria yang ejakulasi 21 kali, atau lebih, dalam sebulan berisiko 31 persen lebih rendah untuk terkena kanker prostat.
Maksud lebih rendah itu bila dibandingkan pria yang melaporkan empat sampai tujuh kali ejakulasi per bulan sepanjang hidup mereka.

Dalam pemutakhiran laporan 19 Juni lalu tersebutkan hasil serupa didapat dari Australia. Pria yang rata-rata ejakulasi 4,6–7 kali per minggu memiliki kemungkinan 36 persen lebih kecil untuk menderita kanker prostat sebelum berusia 70 tahun.
Peluang lebih besar untuk terkena kanker prostat didapat oleh pria yang rata-rata ejakulasi kurang dari 2,3 kali per minggu.(ggc/net)

Komentar