Temurun, Horror Thriller Pertama Sinemaku Pictures

  Gembelgaul.com - Temurun merupakan film karya perempuan sutradara muda Inarah Syarafina merupakan film horor perdana bagi Sinemaku Pictures yang telah sukses dengan dua film drama “Kukira Kau Rumah” dan “Ketika Berhenti di Sini.” Film “Temurun” juga menjadi film panjang debut bagi Inarah. Dalam teaser berdurasi satu menit tersebut menampilkan pemeran utama Yasamin Jasem dan Bryan Domani. Dewi (Yasamin Jasem) diperlihatkan selalu berada di dalam rumah, mengalami berbagai teror dari sosok perempuan misterius. baca juga : Siksa Kubur sebuah anomali agama yang ingin dibuktikan Sementara itu, Sena (Bryan Domani) terlihat seperti sedang menginvestigasi sesuatu yang masih menjadi misteri baginya. Di teaser tersebut juga disajikan adegan-adegan mencekam mulai dari peristiwa orang-orang yang digantung, hingga Dewi yang disekap dan terkapar di antara potongan daging. Selain menampilkan Yasamin Jasem dan Bryan Domani, teaser juga menampilkan Kiki Narendra dan Jajang C. Noer. “Sudah

Cantiknya Arumi Bachsin Saat Bermain Bareng Anak-Anak



Gembelgaul.com - Ketua TP PKK Prov. Jatim Arumi Bachsin Emil Elestianto Dardak mengajak kepada semua pihak untuk memastikan terhadap seluruh anak-anak Jawa Timur mendapatkan hak yang sama. Salah satu hak yang harus diperoleh adalah hak pendidikan. Termasuk anak-anak disabilitas dan non disabilitas, laki-laki maupun perempuan, di perkotaan ataupun di pedesaan. Mereka wajib mendapatkan hak yang sama.

"Pendidikan adalah hal penting bagi setiap orang, termasuk anak-anak," ujar Arumi Bachsin saat menghadiri Kampanye Pendidikan Inklusi pada Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019 dan Festival Olah Raga Inklusif dengan Tema "Kolaborasi Tanpa Batas" di Alun-Alun Ki Rangga Raden Bagus Asra Kabupaten Bondowoso, Rabu (7/8/2019).

Menurut Arumi, hal mendapatkan hak pendidikan bagi setiap anak dinilai sangat penting. Karena anak-anak adalah aset bagi bangsa, serta pemegang estafet kepemimpinan di masa mendatang.

Populasi anak-anak yang kurang lebih sekitar 20 sampai 30 % dari populasi seluruh Indonesia, tapi 30 % populasi ini merupakan 100 % harapan bangsa untuk masa yang akan datang, dimanapun kita berada anak-anak kita adalah aset bangsa, ujar Arumi.

Berbicara soal anak disabilitas, menurut Arumi sangat berkaitan erat dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Akan tetapi, mereka pasti memiliki kelebihan dan berhak mendapatkan hal yang sama dengan anak lain pada umumnya.

Bagi anak-anak disabilitas, sebut Arumi, tidak ada alasan untuk tidak mendapatkan pendidikan. Mereka harus mendapatkan hak mereka kendati terdapat halangan dari keluarganya.

Karena apa ? biasanya ada yang alasannya malu, ada yang alasannya takut anaknya terlukai ketika keluar dan sebagainya, ungkapnya.

Melaui forum ini, Istri Wakil Gubernur Jatim ini meminta semua pihak untuk memastikan bahwa semua anak Indonesia, khususnya di Jatim memperoleh pemenuhan hak-haknya tanpa membedakan mereka.

Mulai hari ini saya minta kita semua masyarakat untuk dapat mendukung setiap anak-anak agar bisa memiliki haknya terutama haknya meraih pendidikan setinggi-tingginya untuk meraih cita-citanya, pintanya.

Di forum ini pula Arumi berpesan pada anak-anak untuk menghimpun ilmu seluas-luasnya, bersemangat dalam mengejar mimpi-mimpi mereka, dan melembutkan budi baik mereka melalui amal ibadah.

Karena biasanya di kabupaten masih menjunjung tinggi akhlak, budaya dan budi pekerti yang insyaallah akan menjadi bekal yang sangat baik untuk anak-anak kita, pungkasnya.

Pada kesempatan ini, Arumi Bachsin menerima penghargaan dari UNICEF sebagai pionir bunda pendidikan inklusif yang diserahkan oleh Ari Rukmantara selaku Perwakilan UNICEF Wilayah Jawa.

Penghargaan juga diberikan kepada Bupati Bondowoso Salwa Arifin yang telah berani mendeklarasikan Kabupaten Bondowoso sebagai Kabupaten Inklusif, serta kepada Ketua TP PKK Kab. Bondowoso Siti Maemunah Salwa Arifin mendaptkan penghargaan karena telah berkomitmen mensukseskan pendidikan inklusif di daerahnya.

Pendidikan inklusif, sesuatu yang masih harus dikampanyekan, maka kami berharap tiga tokoh ini menjadi pendekar, menjadi campaigner, menjadi duta, dan menjadi promotor dari pentingnya pendidikan inklusif, bahwa tidak boleh ada anak yang tidak sekolah apapun kekurangannya, harap Ari Rukmantara.(bws/ggc)

Komentar