Tolak Selingkuh Lewat Detektif Jaga Jarak

Film Detektif Jaga Jarak, background pandemi bertahan hidup dengan menjadi mata-mata. Gembelgaul.com – Tolak selingkuh lewat detektif partikelir yang menjadi tema film Detektif Jaga Jarak, Film bergenre drama komedi ini ditulis oleh Rahabi Mandra dengan jajaran produser Rodney Louis Vincent, Ajeng Vincent (Seven Sunday Films) dan Tesadesrada Ryza (Temata Studios). Apa jadinya kalau Marthino Lio beraksi jadi detektif partikelir bareng aktor cilik Bima Sena? Jangan lewatkan film terbaru dari Seven Sunday Films dan Temata Studios berjudul “Detektif Jaga Jarak” yang akan resmi tayang tanggal 1 Juni 2023.   “Kami (Seven Sunday Films) sebetulnya sudah lama ingin membuat film komedi. Ketika bertemu dengan Rahabi Mandra, beliau tertarik untuk menyumbang ide dan menulis ceritanya. Tidak lama setelah itu, kami langsung garap produksi film ini tepatnya di tahun 2021,” ungkap Rodney Louis Vincent tentang awal pengembangan filmnya. Kisah menarik datang dari Rahabi Mandra selaku Penulis

Maba UIN Sunan Ampel Surabaya 2019 Disambut Emil Dardak



Gembelgaul.com - Kemajuan teknologi dan cepatnya perkembangan zaman menuntut generasi muda, terutama bagi para mahasiswa baru untuk terus bertindak sekaligus bersikap aktif dan produktif dalam mengembangkan potensi diri.

Karena, menurutnya, potensi diri perlu ditunjukkan dengan belajar beraneka macam ilmu selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi atau di lingkungan kampus. Disamping itu, mereka juga harus mampu menciptakan active learning atau pembelajaran aktif sebagai bekal terbentuknya SDM yang kuat di masa depannya.

Demikian disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat memberikan pengarahan pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2019 UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (15/8/2019).

Lebih lanjut Emil Dardak menuturkan, jika semua usaha tersebut sudah dilakukan, tinggal bagaimana lingkungan kampus dapat memaksimalkan mahasiswanya.

“Ini yang kami istilahkan UINSA bahan baku atau material nya yang masuk ke kampus ini terbukti bagus. Jangan sampai Maba ini jadi kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang) tetapi mereka harus mampu maksimalkan ilmu yang dipelajari lewat beragam kegiatan kampus,” ujarnya.

Karena, menurut Emil Dardak, yang membedakan para mahasiswa berkompeten di dunia profesional adalah hal pengalaman yang dimiliki. Salah satu tempat yang bisa membentuk pengalaman itu ada di dunia kampus.

Emil melihat, banyak para Maba yang menyadari bahwa ijazah bukanlah jaminan utama dalam menempuh pendidikan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana mereka memiliki cita-cita untuk bisa terpenuhi melalui ilmu yang dipelajari.

“Itu sebenarnya menjadi bekal untuk menjadi pribadi yang kreatif karena sebenarnya untuk menguasai masa depan itu bukan hanya dengan teks atau teori semata, akan tetapi justru kemampuan menjadi individu pembelajar yang aktif dan produktif di era Milenial,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Emil juga memberi wejangan kepada Maba yang ingin menjadi guru setelah kuliah di UINSA. Menurutnya, menjadi guru di era milenial tuntutannya tidak sekedar lebih pintar dari anak didiknya. Tetapi, seorang guru harus bisa mengenali potensi anak didiknya dan mampu memaksimalkan potensi mereka.

Untuk itu dirinya berharap, agar selama 4 tahun ke depan, mereka tidak hanya mengejar Indeks Prestasi (IP) saja. Akan tetapi juga mencari cara dengan mengkolaborasikan lintas disiplin ilmu yang ada.

“Sebut saja jurusan humaniora perlu paham mengenai sains teknologi dan sebaliknya teknologi perlu paham mengenai humaniora," jelasnya.

Diakhir sambutannya, Emil menitipkan kepada Maba untuk terus mengedepankan budi pekerti yang baik. Juga membangun pribadi yang baik serta memiliki etos kerja bagus.

“Karena percuma kita punya orang yang kerjanya baik tetapi nggak ada budi pekerti, akhirnya ketika bergaul di tengah-tengah masyarakat akan menjadi susah,” tutupnya.

Pada kegiatan PBAK Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2019 yang dilaksanakan UINSA Surabaya diikuti 4.467 mahasiswa dari 9 Fakultas. Yakni, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM), Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).(bws/ggc)

Komentar