Temurun, Horror Thriller Pertama Sinemaku Pictures

  Gembelgaul.com - Temurun merupakan film karya perempuan sutradara muda Inarah Syarafina merupakan film horor perdana bagi Sinemaku Pictures yang telah sukses dengan dua film drama “Kukira Kau Rumah” dan “Ketika Berhenti di Sini.” Film “Temurun” juga menjadi film panjang debut bagi Inarah. Dalam teaser berdurasi satu menit tersebut menampilkan pemeran utama Yasamin Jasem dan Bryan Domani. Dewi (Yasamin Jasem) diperlihatkan selalu berada di dalam rumah, mengalami berbagai teror dari sosok perempuan misterius. baca juga : Siksa Kubur sebuah anomali agama yang ingin dibuktikan Sementara itu, Sena (Bryan Domani) terlihat seperti sedang menginvestigasi sesuatu yang masih menjadi misteri baginya. Di teaser tersebut juga disajikan adegan-adegan mencekam mulai dari peristiwa orang-orang yang digantung, hingga Dewi yang disekap dan terkapar di antara potongan daging. Selain menampilkan Yasamin Jasem dan Bryan Domani, teaser juga menampilkan Kiki Narendra dan Jajang C. Noer. “Sudah

Tukang Pentol Naik Haji




Gembelgaul.com - Imam Simin Sisam atau yang kerap disapa Pak Imam. Warga dusun Bentili, Desa Maindu, Kecamatan Montong Kabupaten Tuban itu akhirnya bisa menunaikan rukun Islam yang kelima tahun 2019 setelah menabung selama satu dasawarsa. 

"Awal saya daftar haji itu tahun 2010, diutangi sama bank sebesar Rp. 17.000.000, ya sudah mulai itu saya nyicil terus," ungkap Pak Imam.

Untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan menabung untuk haji, Pak Imam dan Istri yang bernama Nengkanah memutuskan berjualan pentol keliling. Usaha jajanan yang digemari banyak orang itu mulai ia tekuni 25 tahun silam. "Saya nikah sama istri saya itu tahun 1994 di Surabaya, ya mulai itu kami jualan pentol, istri saya jualannya pakai gerobak, saya pakai becak," imbuh Pak Imam sambil mengingat kenangan masa itu.

Sepuluh tahun berlalu, usaha pentol Pak Imam tidak mengalami kemajuan. Bersaing di Kota Metropolitan seperti Surabaya nyatanya tidaklah mudah. Ahirnya Pak Imam beserta istri hijrah ke Kabupaten Tuban, tempat dimana istri berasal. Disanalah Pak Imam memulai berbagai macam usaha. Mulai jualan tahu tek keliling, hingga jualan sayur di pasar sudah ia lakoni. Namun bukannya untung yang didapat, Pak Imam kerap rugi, karena banyak pembeli yang mengutang dan tidak membayar.

"Banyak mas usaha yang saya jalani dulu itu, tapi ya gitu habis diutangi, ya tidak ada yang bayar," keluh Pak Imam.

Kondisi demikian, usaha pentol kembali dipilih oleh Pak Imam. Pentol Barokah miliknya ia buat pagi-pagi sekali setelah solat subuh bersama sang istri. Sembari mengaduk adonan dan menyetak pentol, niat untuk haji dari usaha pentol terus ia lafalkan di dalam hati.

"Kalau kerja itu saya niatkan untuk bisa haji, jangan cuman bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," imbuh Pak Imam.
Modal yang dibutuhkan untuk sekali produksi Pentol Barokah milik Pak Imam sebesar Rp. 200.000. Berpacu dengan bahan pokok yang terus naik, keuntungan yang didapatpun tidak seberapa. Setiap harinya Pak Imam hanya memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp. 100.000. Jumlah yang tidak banyak itu, harus mencukupi kebutuhan Pak Imam, istri dan kedua anaknya.

"Pokoknya saya targetkan setiap harinya itu nabung Rp. 30.000, ya mepet dengan kebutuhan keluarga. Tetapi memang keluarga saya itu hidup sederhana," terang Pak Imam.

Meski demikian, Pak Imam mengaku tidak pernah putus asa menabung untuk haji. Sepeda motor serta gerobak reot miliknya selalu setia membantu mengais rezeki. Pentol Barokah yang murah meriah selalu dinanti-nanti siswa-siswi SD, SMP, kadang juga SMA yang ia hampiri. Ketika jam sekolah usai, Pak Imam segera beranjak ke perkampungan. Berharap Pentol Barokah miliknya habis terjual.

"Paling jauh itu 8 km jauhnya, ya begitu, kalau anak-anak sekolah sudah pulang, saya muter kampung. Kadang juga berhenti di depan taman pendidikan Al-Quran, ya anak-anak itu pelanggannya," imbuh Pak Imam tersenyum.

Meski berjualan pentol keliling, dan tidak berpendidikan tinggi, Pak Imam tidak ingin kedua anaknya bernasib sama dengannya. Dengan berjualan pentol Pak Imam mampu menguliahkan anaknya yang pertama di perguruan tinggi ternama di Jawa Timur. Anaknya yang kedua juga ia sekolahkan di pondok pesantren.

"Alhamdulillah berkah, bisa nabung untuk haji. Anakpun bisa saya sekolahkan. Anak yang pertama itu alhamdulillah dapat beasiswa," terangnya.

Nasib baik bisa berhaji ternyata belum sampai pada istri Pak Imam. Pasalnya istri Pak Imam belum mendaftar untuk naik haji. "Istri saya bukan tidak mau haji, tetapi karena keterbatasan ekonomi, jadi belum bisa daftar," ujar Pak Imam.
Namun demikian, Pak Imam akan selalu mendoakan keluarganya setibanya di tanah suci. Tak luput pula ia akan mendoakan teman-temannya seprofesi untuk bisa naik haji.

"Doa saya tentu untuk keselamatan keluarga, selamat dunia ahirat. Teman-teman saya yang jualan juga saya doakan supaya ketularan," imbuh Pak Imam.
Sesuai jadwal, Pak Imam yang tergabung dengan kelompok terbang (kloter) 77 akan diterbangkan ke tanah suci pada Jumat (2/8/2019) malam.gembelgaul

Komentar