Siska Kubur, Sebuah Anomali Agama Dipertanyakan

  Gembelgaul.com - “Siksa Kubur” menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan mengingatkan kita tentang pentingnya komunikasi, pengertian, dan kehangatan keluarga. Setelah kedua orangtuanya jadi korban bom bunuh diri, Sita jadi tidak percaya agama. Sejak saat itu, tujuan hidup Sita hanya satu: mencari orang yang paling berdosa dan ketika orang itu meninggal, Sita ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa Siksa Kubur tidak ada dan agama tidak nyata. baca juga : melihat gleen fredly hidup kembali Namun, tentunya ada konsekuensi yang mengerikan bagi mereka yang tak percaya. Film “Siksa Kubur” akan menghadirkan akting yang sempurna dari pemeran utama Faradina Mufti sebagai Sita dan Reza Rahadian sebagai Adil. Ditambah jajaran ansambel yang mayoritas merupakan pemenang dan peraih nominasi Piala Citra FFI, serta para pendatang baru yang menjanjikan. Mereka di antaranya adalah Christine Hakim, Fachri Albar, Happy Salma, Slamet Rahardjo, Arswendy Bening Swara, Nini

6 Siswa SMAN 21 Surabaya Juarai WICE 2019 Berkat Stetoskop Visual


Gembelgaul.com - Terbaru, enam siswa SMAN 21 Surabaya, yaitu Ryan Andhika Putra, Wardah Ainiyah, Arifiah Putri, Yohanes Lukas Dony Anggoro, Lintang Aura Dewanthi, dan Kandi Akeno Yazira, berhasil menorehkan prestasi di kancah internasioanl. Bibit-bibit unggul ini mampu meraih juara satu bidang medical di World Invention Competition Exhibition (WICE) 2019.

WICE 2019 merupakan kejuaraan skala internasional yang diselenggarakan di Subang Jaya, Malaysia pada Rabu (2/10/2019) sampai Minggu (6/10/2019). Kejuaraan bergensi tersebut diikuti 120 peserta dari 8 negara.

"Pada WICE 2019 di Malaysia kita menyabet medali emas, lalu special award dari United Kingdom, undangan kejuaraan pada 2020 di Inggris mendatang, beasiswa bagi enam siswa tersebut di Segi College Malaysia," kata Budi Santoso Waka Prestasi, Selasa (8/10/2019).

Ryan Andhika Putra salah satu tim dari lima siswa yang menciptakan inovasi berupa stetoskop visual membagikan perjuangan dan pengalamannya saat mengikuti lomba WICE 2019 di negeri jiran. Siswa yang akrab disapa Ryan itu mengaku bahwa motivasi terbesarnya adalah orang tua.

"Semua kesuksesan yang saya dapat adalah berkat doa dari kedua orang tua. Pastinya dapat pengalaman luar biasa karena membawa nama baik Indonesia di ajang internasional. Ini suatu kebanggan bagi kami. Bahkan diawal tidak pernah terfikir bisa dapat piagam sebanyak ini. Apalagi kami berenam mendapat beasiswa," kata Ryan dengan bangga.

Siswa kelas 11 IPA mengaku keberhasilanya ini tidak terlepas dari kerjasama tim dan bimbingan Budi Santoso dan Sumartono selaku guru pembimbing di SMAN 21 Surabaya. Mereka inilah yang selama ini membantu siswa dalam memunculkan ide-ide inovasi di sekolah mempunyai selogan riset lingkungan hidup dan literasi (relili).
Lebih lanjut Ryan berpesan kepada siswa lain untuk meluruskan kembali niatnya dalam setiap mengejar impian. Ia berharap semoga akan lebih banyak lagi bakat dari siswa untuk dikembangkan.

"Setiap orang pasti bisa kalau mempunyai keseriusan untuk berusaha hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan mudah putus asa, terus semangat," pesan dia.
Inovasi stetoskop visual tersebut dilatarbelakangi karena bagian alat medis yang sangat libutuhkan oleh dokter atau medis untuk melakukan observasi terhadap pasien. Pasalnya, hampir semua dokter menggunakan stetoskop sebagai bahan observasi, baik untuk organ viseral, detak jantung, atau denyut nadi. Terlebih, karena dokter juga manusia yang semakin lama juga akan mengalami penurunan kemampuan dalam pendengaran, sehingga semakin tua usia dokter semakin mengalami kemunduran dalam pendengaran.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil observasi dan simpulan dari penyakit yang diderita oleh pasien. Untuk mengatasi hal ini, maka diubahlah stetoskop yang menggunakan audio (suara) menjadi kedalam bentuk visual (gambar).

"Pada umumnya dokter banyak yang menggunakan stestoskop konvensional yang out put nya hanya mengandalkan suara saja. Kemungkinan salah dengar ada. Dari permasalahan itu kami menciptakan stestoskop berbentuk visual," jelas Ryan.

Dengan penemuan baru tersebut, diharapan baik pasien maupun dokter bisa mengamati detak jantung, denyut nadi, dan organ viseral dengan baik. Ketika dokter sudah bisa memberikan hasil observasinya dengan tepat maka dikatakan hal ini dapat dipakai untuk menunjang dokter dalam mengambil sebuah simpulan. Ketepatan alat stetoskop ini sangat dibutuhkan dan sangat mempengaruhi tindak lanjut dari pada dokter/ahli medis yang lain.

Disambung Yohanes Lukas Dony Anggoro siswa kelas 10 IPA SMAN 21 Surabaya. Ia lebih detail menjelaskan bagaimana cara mengubah stetoskop audio menjadi stetoskop yang visual? Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen membuat alat, yaitu stetoskop visual untuk melakukan observasi. Tahap pertama, transduser stetoskop dengan penguat pra KY-037 diukur dalam tingkat tekanan suara (dB) (simulator hearth beat) ke spektrum osiloskop. Tahap kedua, transduser stetoskop dengan output KY-037 diberikan kepada arduino unc dengan layar pelindung TFT 2.4 sebagai input. Tahap ketiga, tentukan status sampel remaja kesehatan di bawah rekomendasi dokter.

"Cara kerja alat ini menagkap tekanan mulai detak jantung atau denyut nadi. Kemudian dirubah dalam bentuk sinyal, kemudian diposes oleh arduino unc kemudian hasilnya ditampilkan dilayar," papar dia.

Untuk diketahui, produk bernama stetoskop visual ini berguana untuk mempertajam hasil-hasil observasi dokter/ahli medis dalam membuat simpulan terhadap penyakit pasien. Bahkan alat ini sudah diuji oleh 100 orang dan mengumpulkan hasil yang signifikan terhadap observasi 100 orang tersebut.

Sementara Budi Santoso Waka Prestasi yang juga Guru Biologi SMAN 21 Surabaya menuturkan, dengan alat stetoskop visual ini, siswa berencana akan mengembangkan inovasi baru ini agar lebih mudah digunakan dan evesien kegunaanya.

"Waktu lalu alat ini kami daftarkan ke HAKI (hak atas kekayaan intelektual). Kita akan kembangkan alat tersebut seperti jam tangan, supaya lebih evesien," papar dia.

Sesuai kebutuhannya, alat ini akan membantu dokter/medis untuk melakukan observasi. Untuk itu tidak menutup kemungkinan inovasi baru tersebut akan diperjual belikan.
"Alat ini akan kami jual murah sekali Rp 850 ribu. Dan dari alat ini kami buat dengan harga Rp 500 ribu," ungkap Budi.

Ia juga mengungkapkan, melalui Relili, SMA 21 Surabaya telah banyak mengantarkan siswa memperoleh beragam prestasi, baik tingkat kota, provinsi, nasional, dan internasional. Salah satu prestasi di tingkat internasional yang juga pernah diikuti siswa adalah karya ilmiah di Taiwan.

“Tiap tahun SMA 21 Surabaya membuat karya ilmiah. Dan kami penyumbang karya ilmiah terbesar di setiap event lomba peneliti belia tingkat nasional. Keunggulan kami di riset ini,” imbuhnya.

Kepsek SMAN 21 Surabaya Endang Binarti mengaku bangga anak didiknya berhasil meraih juara internasioanl. Diakui olehnya sekolah selalu mendukung siswa yang memiliki prestasi membanggakan seperti ke enam siswa yang meraih juara di Malaysia.

"Tentu kami bangga sebagai sekolah yang memiliki siswa berprestasi internasional ini. Di SMAN 21 kami membuka pintu sebesar-besarnya bagi siswa yang ingin mengikuti kejuaraan dengan karyanya," pungkasnya. (bws/ggc)

Komentar