Tulang Belulang Tulang : Mangokal Holi, Keluarga Batak dan Danau Toba

  Gembelgaul.com - Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang tak terhingga, dan salah satu tradisi unik yang berasal dari masyarakat Batak adalah Mangokal Holi. Tradisi ini menjadi latar penting dalam film Tulang Belulang Tulang, sebuah karya terbaru dari sutradara Sammaria Sari Simanjuntak yang akan tayang pada 26 September 2024. Film ini tidak hanya menggali cerita keluarga dan identitas, tetapi juga menampilkan kekayaan tradisi Batak serta keindahan alam Danau Toba sebagai latar yang memukau. Apa Itu Mangokal Holi? Mangokal Holi adalah upacara sakral dalam budaya Batak yang melibatkan pemindahan tulang belulang leluhur ke tempat yang lebih terhormat, biasanya ke sebuah monumen khusus bernama Tugu. Upacara ini dilakukan sebagai penghormatan dan rasa bakti kepada leluhur yang diyakini akan memberkati keturunannya dengan kebaikan dan kesejahteraan. Upacara Mangokal Holi merupakan simbol kebanggaan bagi keluarga Batak, karena menunjukkan bahwa mereka ma

Merak Latar Kar Jagat, Batik Langka Hadir di House Of Sampoerna


Gembelgaul.com - House of Sampoerna bersama Komunitas Batik Jawa Timur (KIBAS) kolaborasi menggelar pameran bertajuk “Batik Kesayangan” yang diselenggarakan pada tanggal 17 Oktober – 9 November 2019 di Galeri Paviliun House of Sampoerna.

Berbeda dengan sebelumnya, pada gelaran ini tidak hanya membahas tentang teknik pembuatan dan ragam motifnya, namun lebih mengenai sejarah dibalik kain batik sehingga menjadi harta atau kesayangan bagi pemiliknya. Seperti batik motif Penyoh Tang Bintang koleksi Bupati Pamekasan H. Baddaruttamam. Kain warisan sang bunda dan digunakan sebagai selimut sewaktu masih kecil ini menggunakan pewarna alam dan diperkirakan berusia 100 tahun.

Cerita unik lainnya dari koleksi milik kolektor asal Pamekasan Lerem Pundilaras. Batik motif Merak Latar Kar Jagat ini merupakan kain peningset pemberian seorang pemuda yang melamarnya saat malam midodareni sekitar 28 tahun lalu.
Sejak pertama kali bekerjasama dengan KIBAS pada tahun 2010, Galeri Paviliun House of Sampoerna juga tidak berhenti mengedukasi masyarakat luas tentang berbagai ragam dan motif batik di Jawa Timur. Gelaran yang sekaligus menandai 10 tahun perjalanan KIBAS ini, diharapkan dapat menunjukkan nilai lebih selain nilai ekonomis dari kain batik itu sendiri. Latar belakang kepemilikan koleksi menjadi lebih berharga bagi para kolektor.

“Harapannya bahwa batik akan lebih popular dan disayangi oleh generasi jaman sekarang untuk perkembangan selanjutnya.  Banyak cerita cerita lucu, mengharukan dan lainnya akan muncul pada pameran kali ini,” tutur Lintu selaku ketua KIBAS.

Komunitas Batik Jawa Timur (KIBAS) didirikan pada 2007 oleh Lintu Tulistantoro dengan nama Komunitas Batik Surabaya yang disingkat menjadi KIBAS. Pada tahun 2009 berdasarkan permintaan, masukan dari berbagai pihak  dan persetujuan anggota meminta agar KIBAS berkiprah tidak hanya di Surabaya, namun meluas di Jawa Timur maka KIBAS berganti nama menjadi Komunitas Batik Jawa Timur (KIBAS). Komunitas ini terdiri dari pecinta, kolektor, pengrajin, desainer dan masyarakat umum. KIBAS memiliki visi dan misi untuk mensosialisasikan batik Jawa Timur kepada masyarakat.

Manager House of Sampoerna, Rani Anggraini, berharap masyarakat semakin menghargai koleksi batik yang dimiliki. Selain sebagai warisan budaya, batik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan memiliki makna lebih bagi setiap pemiliknya.  “Semoga pameran ini juga menjadi penyemangat bagi para pembatik untuk terus berinovasi dan bagi pecinta batik dapat terus ikut serta melestarikan batik sebagai warisan kain nusantara,” lanjut Rani.(bws/ggc)




Komentar