Siska Kubur, Sebuah Anomali Agama Dipertanyakan

  Gembelgaul.com - “Siksa Kubur” menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan mengingatkan kita tentang pentingnya komunikasi, pengertian, dan kehangatan keluarga. Setelah kedua orangtuanya jadi korban bom bunuh diri, Sita jadi tidak percaya agama. Sejak saat itu, tujuan hidup Sita hanya satu: mencari orang yang paling berdosa dan ketika orang itu meninggal, Sita ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa Siksa Kubur tidak ada dan agama tidak nyata. baca juga : melihat gleen fredly hidup kembali Namun, tentunya ada konsekuensi yang mengerikan bagi mereka yang tak percaya. Film “Siksa Kubur” akan menghadirkan akting yang sempurna dari pemeran utama Faradina Mufti sebagai Sita dan Reza Rahadian sebagai Adil. Ditambah jajaran ansambel yang mayoritas merupakan pemenang dan peraih nominasi Piala Citra FFI, serta para pendatang baru yang menjanjikan. Mereka di antaranya adalah Christine Hakim, Fachri Albar, Happy Salma, Slamet Rahardjo, Arswendy Bening Swara, Nini

Ngodi, Bahan Dasar Lukisan Abstrak dari Komunitas C5 Bali


Gembelgaul.com - Unik dan beda terlihat lukisan berjudul Intuition milik Wayan Arnata lulusan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Karya yang dibuat menggunakan cat akrilik dengan benang rajutan atau yang biasa disebut ngodi dalam Bahasa Bali ini bercerita tentang kuatnya keseharian tradisi, adat dan budaya Bali.

Lukisan tersebut merupakan salah satu karya delapan perupa yang tergabung dalam komunitas C5 Bali (Critical, Communication, Collaboration, Cooperation & Creativity), menggelar pameran bertajuk #abstrAction” di Galeri Paviliun House of Sampoerna pada tanggal 21 Juni - 13 Juli 2019. Deretan karya lukis abstrak dipersembahkan kepada masyarakat Surabaya agar lebih memahami dan mencintai seni lukis abstrak.

#abstrAction menjadi bukti aksi serta usaha yang dilakukan oleh para perupa dalam menyorot persoalan sehari-hari masyarakat Bali. Hidup dalam tradisi yang kental ditengah-tengah pesatnya modernifikasi seringkali harus menghadapi pertentangan. Keinginan untuk bisa berkembang dan berjalan beriringan menjadi fokus para perupa dalam melakukan abstraksi pada realita dan peristiwa yang terjadi.
Penggunaan cat akrilik lebih ditonjolkan dalam pameran kali ini. Perpaduan berbagai warna yang cerah dan berani, serta teknik yang berbeda dari masing-masing seniman menjadikan kekuatan tersendiri.

Seperti terlihat pada Lukisan Gusti Buda berjudul “Fractional Field” menjadikan problematika, baik dan buruk manusia dalam menjalani kehidupan sebagai inspirasi ceritanya. Sedangkan pada hampir semua karya Ketut Agus Mardika, mengangkat budaya dan pemandangan alam seperti pada “Golden Hill. Lain halnya dengan Ketut Sugantika yang menciptakan komposisi karya simetris dan seimbang seperti konsep Mandala, sebuah pola desain atau symbol yang umumnya berbentuk lingkaran, berputar dari pusat dan terpancar makin besar keluar seperti nampak pada karyanya yang berjudul Blue Volcano. Selain karya karya empat seniman tersebut, pameran #abstrAction juga menyuguhkan karya dari Adi Wirawan, Made Galung Wiratmaja, Made Supena dan Nyoman Diwarupa yang tak kalah menarik untuk dinikmati.

Komunitas C5 saat ini beranggotakan seniman-seniman dari tiga kota, yaitu: Yogyakarta, Jakarta, dan Bali. Kelompok yang kini berpameran merupakan para anggota C5 Bali yang lebih banyak berbicara tentang eratnya hubungan individu dalam dunia yang bergerak dan berkelindan (erat menjadi satu). Meski terpisah jarak, komunitas ini menjadi ruang belajar dan wadah untuk saling bekerjasama antar seniman lukis yang ada di Indonesia.

“Kuatnya adat istiadat tumbuh, berkembang dan berjalan bersamaan dengan budaya modern merupakan spirit dualisme yang harus selalu dijaga, kami ingin berbagi melalui seni lukis abstrak dan menambah wawasan pada penikmat seni di Surabaya. Harapannya dengan adanya pameran ini, kami bisa menjalin persahabatan yang lebih intens dengan rekan-rekan seniman C5 dari berbagai kota dan tentunya karya yang kami sajikan bisa menginspirasi masyarakat untuk memahami dan mencintai seni lukis abstrak.” tutur Ketut Sugantika, ketua pameran #abstrAction saat ditemui di HOS (19/6/2019).(bws/net)

Komentar